Selasa, 02 Januari 2018

Bioekologi dan Sumberdaya Hayati Ikan

Arsip Cofa No. A 080

Ikan Belut Neenchelys dari Laut Banda

Satu spesimen tunggal ikan belut ophichthidae telah ditangkap dengan trawl dari Samudra Pasifik di lepas pantai Teluk Suruga, Jepang Tengah, selama perjalanan kapal R/V Tansei-Maru dari Ocean Research Institute, Universitas Tokyo pada tahun 1983. Ikan ini memiliki sirip ekor pendek tetapi ada jari-jari siripnya, sirip dada berkembang baik, dan sebuah lubang hidung mirip celah pada sisi kepala di atas bibir; semuanya merupakan ciri-ciri yang sesuai dengan ikan Neenchelys menurut McCosker (1977, 1982). Meskipun memiliki lebih banyak ruas tulang belakang (vertebrae) dan lubang-lubang indra di kepala daripada tipe Neenchelys daedalus McCosker, 1982, Machida dan Ohta (1993) mengidentifikasi ikan sample ini sebagai Neenchelys daedalus. Ini merupakan penemuan pertama ikan dari genus ini di Jepang, karena selama ini Neenchelys daedalus hanya dikenal dari Papua Nugini dan Laut Banda (Machida dan Ohta, 1993).

Baca juga
Bioekologi dan Dinamika Populasi Ikan Layang (Decapterus)

Asosiasi Ikan Demersal di Terumbu Karang Atlantik Tropis

Mengingat bahwa habitat terumbu karang, batu dan pasir di Atlantik barat relatif lebih luas dibandingkan Atlantik timur, maka komunitas ikan lutjanidae relatif lebih penting daripada di Teluk Guinea, namun mereka lebih seragam dibandingkan dengan komunitas ikan sciaenidae yang bersesuaian, yang secara regional lebih beraneka ragam daripada di Teluk Guinea. Di Campeche Bank, penelitian menunjukkan adanya tiga asosiasi spesies di mana pada ketiganya ikan lutjanidae, sparidae dan pomadasyidae terdapat bersama-sama; “spesies inti” pada ketiga kelompok ini adalah (1) Haemulon aurolineatum, Lagodon rhomboides dan Calamus bajonado, (2) Ocyurus chrysurus, Haemulon plumieri, Lutjanus synagris, Anisotremus virginicus, Lachinolamus maximus, Priacanthus arquatus, dan Aluter shoepferi, dan (3) Priacanthus arenatus, Sphaeroides spengleri, Diplectum formosum, Chaetodon ocellatus, dan Acanthostracion quadricornis. Dua asosiasi yang pertama terdapat di perairan yang lebih dangkal daripada asosiasi ketiga, namun tidak mudah untuk menentukan hal ini berdasarkan informasi yang terbatas tersebut; tampaknya ada kemiripan dengan komunitas yang ada di daerah subtropis Atlantik timur di lepas pantai Mauritania dan Senegal di mana habitat dasar perairan yang berpasir dan bersubstrat keras didominasi oleh ikan-ikan sparidae, lutjanidae dan genus-genus yang berasosiasi dengannya (Longhurst dan Pauly, 1987).

Menurut Longhurst dan Pauly (1987) asosiasi ikan terumbu karang dan daerah berpasir di sekitar terumbu karang banyak terdapat di Atlantik barat : di pulau/karang dan pesisir Florida, Bahama, Antilles dan Cuba, dan pesisir Amerika dari Yucatan sampai Amerika timur. Seperti pada kasus karang hermatipik, tampaknya ada celah besar dalam hal distribusi mereka di paparan benua yang dipengaruhi oleh air buangan Sungai Amazon sedemikian hingga populasi yang berasosiasi dengan terumbu karang di pesisir Brazil di selatan Amazon adalah secara efektif terpisah, meskipun ikan Lutjanidae ditemukan di paparan benua yang dalam di Guyana. Bagaimanapun, survei trawl di paparan benua yang dalam di Amazonia pada kedalaman 40 – 80 meter menunjukkan keberadaan banyak spesies ikan karang (atau komunitas ikan lutjanidae) di dasar perairan yang didominasioleh sepon epibentik. Spesies-spesies ikan seperti Gymnothorax, Apogon, Epinephelus, Diplectrum, Serranus, Haemulon dan genus-genus lain telah ditemukan di sana dan hal ini menjadi bukti kuat bahwa tidak ada rintangan bagi distribusi ikan-ikan karang di antara Brazil dan Karibia, seperti yang terlihat pada kasus karang hermatipik.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Biologi Reproduksi Anemonfish, Amphiprion

Hirose (1995) mengulas literatur-literatur mengenai bioekologi ikan anemonfish, Amphiprion. Anemonfish merupakan “obligate symbiont” (simbion wajib) penghuni anemon laut besar dan tersebar terutama di terumbu karang Indo-Pasifik Barat. Anemonfish biasanya hidup dalam kelompok yang terdiri dari sepasang pemijah monogami dan beberapa juvenil. Sedikitnya 8 dari 28 spesies anemonfish bersifat hermaprodit protandri yang mengalami perubahan jenis kelamin dari jantan ke betina, dan ikan juvenilnya memiliki gonad ambisexual (berkelamin dua). Anemonfish jarang berpindah antara anemon laut, dan biasanya hidup dalam kelompok-kelompok terpisah. Pada kondisi seperti ini, protandri mungkin berfungsi menjamin perkawinan di dalam suatu kelompok terisolasi tanpa harus menunggu imigrasi ikan dewasa. Dua orang peneliti, Fricke dan Fricke, pada tahun 1977 mengeluarkan hipotesis sebagai berikut (1) karena keterbatasan ukuran individu anemon laut maka tidak lebih dari dua ikan anemonfish dewasa hidup bersama-sama; (2) Ketika pasangan kawin menghilang, posisi yang kosong ini sulit digantikan oleh ikan dari anemon laut lain; (3) bila ikan betina lenyap, ikan jantan mengubah jenis kelaminnya menjadi betina dan ikan juvenil segera menjadi jantan fungsional. Jadi, pembentukan pasangan baru selalu disertai oleh perubahan jenis kelamin atau diferensiasi seks pada suatu kelompok terisolasi.

Hirose (1995) melaporkan bahwa kepadatan populasi anemon laut adalah tinggi di perairan laut beriklim-sedang di selatan Jepang dan ikan anemonefish (Amphiprion clarkii) tidak selalu hidup di dalam kelompok terisolasi. Pada gerombolan anemon laut di Miakejima, Jepang, ikan Amphiprion clarkii hidup di dalam kelompok yang mencakup lebih dari dua ikan dewasa bersama juvenil-juvenil. Pasangan Amphiprion clarkii di laut Uwa, sebelah barat pulau Shikoku, memantapkan teritorial (wilayah kekuasaan) yang berdampingan sedangkan ikan juvenil memiliki kisaran rumah di dekat tepian teritorial pasangan ikan dewasa. Pada kondisi seperti ini, ikan dewasa Amphiprion clarkii sering berpindah dari satu anemon ke anemon lainnya, dan perubahan jenis kelamin ikan tersebut jarang terjadi setelah pasangan kawin hilang.

Pola Pembentukan Pasangan Kawin Pada Ikan Anemon Amphiprion

Hirose (1995) melaporkan bahwa di pulau Sesoko, Jepang, stok ikan anemon telah diamati selama 2 tahun dalam suatu daerah seluas 350x150 meter di mana jumlah anemon laut inang jarang. Sekitar 40 % pasangan ikan anemon menjadi terpisah, terutama akibat serangan angin topan atau pengusiran. Ikan janda tetap tertinggal dan memperoleh pasangan kawin baru pada anemon laut yang sama, kecuali untuk satu kasus. Pasangan kawin baru ini merupakan ikan dewasa imigran untuk Amphiprion clarkii dan Amphiprion frenatus, tetapi merupakan ikan juvenil penghuni lokal untuk Amphiprion perideraion. Amphiprion clarkii dan Amphiprion frenatus berpindah dari satu anemon laut ke anemon laut lain dan kadang-kadang dilakukan dengan mengusir ikan berjenis kelamin sama berukuran lebih kecil, tetapi Amphiprion perideraion jarang berpindah. Perbedaan mobilitas di antara ketiga spesies ini berkaitan dengan perbedaan rata-rata panjang baku antara juvenil terbesar pada kelompok pemijahan dengan panjang minimum ikan jantan pemijah. Perbedaan mobilitas ini juga berkaitan dengan perbedaan rata-rata panjang baku antara jantan pemijah dan panjang minimum betina pemijah. Pada Amphiprion perideraion kedua macam perbedaan ini kecil, sehingga pasangan dapat dibentuk dengan cepat oleh ikan-ikan penghuni lokal segera setelah pasangan kawin hilang. Sebaliknya, pada Amphiprion clarkii dan Amphiprion frenatus, salah satu atau kedua macam perbedaan tersebut besar dan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk membentuk pasangan setelah pasangan kawin hilang. Perbedaan mobilitas mempengaruhi pola pembentukan pasangan, dan dengan demikian mempengaruhi komposisi ukuran anggota-anggota dalam kelompok pemijahan.

Setelah ikan jantan hilang, seringkali akibat serangan angin taufan, ikan-ikan janda/duda tetap tinggal dan memperoleh pasangan kawin baru pada anemon laut yang sama kecuali untuk satu kasus. Pasangan kawin baru ini selalu berupa ikan dewasa imigran pada Amphiprion frenatus dan Amphiprion clarkii, tetapi berupa juvenil penghuni lokal pada Amphiprion perideraion. Beberapa ikan dewasa Amphiprion frenatus dan Amphiprion clarkii, yang telah menjadi sendirian atau yang anemon lautnya terganggu, berpindah dan mengusir ikan berjenis kelamin sama yang lebih kecil lalu berpasangan dengan pasangan yang ditinggalkan ikan kecil tadi; beberapa ikan yang diusir ikan dewasa juga berpindah dan mengusir ikan lain yang lebih kecil lagi. Sebaliknya Amphiprion perideraion jarang berpindah dalam daerah yang sama, jadi perbedaan mobilitas mempengaruhi pola pembentukan pasangan kawin pada anemonefish.

Bila salah satu pasangan kawin menghilang, perubahan jenis kelamin dan diferensiasi jenis kelamin pada ikan yang masih ada diyakni sebagai satu-satunya cara untuk membentuk pasangan baru, karena jarangnya distribusi anemon laut dan tingginya tekanan pemangsaan pada terumbu karang yang akan menghambat imigrasi ikan dewasa. Hanya pada populasi Amphiprion clarkii di daerah beriklim sedang, ikan dewasa berpindah dari satu anemon laut ke anemon laut lain dan membentuk pasangan baru. Mobilitas Amphiprion clarkii disebabkan oleh faktor lingkungan, tingginya kepadatan inang dan rendahnya tekanan pemangsaan di daerah yang beriklim sedang. Bagaimanapun, penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Amphiprion clarkii dan Amphiprion frenatus berpindah di antara aemon-anemon laut yang tersebar jarang di terumbu karang; perubahan dan diferensiasi jenis kelamin jarang terjadi pada ikan yang tetap tinggal setelah pasangan kawinnya hilang pada kedua spesies anemonefish ini. Di daerah yang sama, Amphiprion perideraion jarang berpindah; pasangan-pasangan baru terbentuk melalui perubahan dan diferensiasi jenis kelamin ikan yang tertinggal setelah pasangan kawinnya hilang.

Perbedaan mobilitas di antara ketiga spesies ikan anemon ini berhubungan dengan perbedaan rata-rata panjang baku antara ikan rangking ke-3 (gamma) pada kelompok pemijahan dan panjang minimum ikan jantan pemijah. Pada pasangan anemonefish pemijah, ikan betina selalu lebih besar daripada ikan jantan. Ikan betina dominan mungkin menghambat pertumbuhan ikan-ikan subdominan dalam kelompoknya. Sebaliknya, ikan jantan seringkali menghilang setelah serbuan angin taufan. Untuk menjamin perkawinan setelah pasangan kawin hilang, ukuran tubuh ikan rangking ke-3 (gamma) mungkin penting bagi ikan betina. Bila ukuran tubuh individu gamma mendekati ukuran minimum ikan jantan pemijah, ikan betina segera memijah dengannya tanpa menunggu imigran atau mencari pasangan kawin lain. Perbedaan rata-rata terhadap ukuran minimum ikan jantan pemijah paling kecil pada individu gamma Amphiprion perideraion , yang juga menunjukan mobilitas terendah. Sebaliknya, Amphiprion frenatus dan Amphiprion clarkii memiliki mobilitas tinggi dan individu-individu dalam kelompok pemijahan jauh lebih kecil daripada ukuran minimum ikan jantan pemijah. Dengan demikian, pada Amphiprion perideraion ikan betina pemijah bisa mentoleransi kehadiran individu-individu gamma yang paling siap menggantikan ikan jantan sebagai pejantan cadangan, karena imigrasi ikan dewasa tidak bisa diharapkan akibat rendahnya mobilitas mereka.

Perbedaan mobilitas di antara ketiga spesies ini juga berkaitan dengan perbedaan rata-rata panjang baku antara jantan pemijah dan ukuran minimum ikan betina pemijah. Ikan betina pemijah seringkali hilang setelah serangan angin taufan. Bila ukuran tubuh ikan jantan mendekati ukuran minimum ikan betina pemijah, maka ikan jantan ini segera mengubah jenis kelaminnya sebagai betina agar bisa memijah setelah ikan betina lenyap, di mana ikan rangking ketiga (gamma) juga mendejati ukuran minimum ikan jantan pemijah. Situasi seperti ini terbatas hanya pada Amphiprion perideraion, yang menunjukkan mobilitas paling rendah. Pada Amphiprion clarkii ukuran ikan jantan rata-rata sedikit lebih besar daripada ukuran minimum ikan betina pemijah, tetapi individu gamma jauh lebih kecil daripada ukuran minimum ikan jantan pemijah, dan dengan demikian ikan jantan harus berpindah atau menunggu ikan imigran agar bisa memperoleh pasangan kawin baru setelah pasangan kawin sebelumnya hilang. Belum diketahui mengapa perbedaan rata-rata antara ikan jantan pemijah dan ukuran minimum ikan betina pemijah jauh lebih besar pada Amphiprion frenatus daripada Amphiprion clarkii, yang keduanya menunjukkan mobilitas lebih tinggi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa mobilitas anemonefish sangat berbeda di antara ketiga spesies. Perbedan mobilitas mempengaruhi pola pembentukan pasangan kawin, dan dengan demikian juga mempengaruhi komposisi ukuran suatu kelompok pemijahan pada anemonefish (Hirose, 1995).

Baca juga
Ikan Kembung (Rastrelliger) : Distribusi, Migrasi, Pemijahan, Makanan dan Pertumbuhan

Bioekologi Ikan Amia

Hegner (1946) menjelaskan bioekologi ikan Amia sebagai berikut. Ikan Amia atau bowfin (“sirip melengkung”) atau freshwater dogfish termasuk fosil hidup. Sirip ekor bundar dan panjang sirip punggung separuh panjang badan. Moncong pendek, kepala ditutupi oleh semacam topi baja bertulang yang keras. Ikan jantan memiliki sebuah bercak hitam dengan tepian oranye pada pangkal ekor. Bowfin mencapai panjang 75 cm dan berat sekitar 6 kg. Memiliki rahang yang kuat dengan gigi tajam. Kebuasannya menyebabkan ia pantas dijuluki “serigala air tawar”. Seperti halnya ikan gar, gelembung renang digunakan untuk bernafas, oleh karena itu bowfin sekali-kali muncul ke permukaan air untuk mengambil udara. Ia sanggup hidup di dalam air yang sangat kotor, atau dalam lumpur sekalipun, karena ikan ini dapat hidup lama tanpa ,menggunakan insangnya. Anak ikan bowfin merupakan umpan yang bagus untuk ikan pickerel dan ikan karnivora lainnya karena dapat hidup berjam-jam meskipun tengkoraknya ditembus kait pancing.

Bowfin hidup di Amerika Serikat bagian timur dan tengah, di danau dan perairan tenang, terutama di tempat-tempat yang berumput. Nama-nama lokal diberikan kepadanya sesuai dengan perilaku ikan ini, seperti mudfish (ikan lumpur), freshwater dogfish dan grindlefish. Kebiasaan ikan bowfin beranak sungguh aneh; yang jantan membersihkan suatu daerah melingkar di antara rerumputan untuk sarangnya. Telur-telur diletakkan di sini dan menjadi melekat pada dasar. Kemudian ikan jantan menjaga telur, juga anak-anaknya yang masih kecil hingga mereka sepanjang kurang lebih 10 cm. Bowfin bukanlah hidangan yang amat lezat, namun enak dimakan jika diasapi. Di Luisiana ikan bowfin kering digunakan untuk membuat baso ikan dan jambalaya. Memancing ikan bowfin merupakan olah raga yang menyenangkan; sebagai umpan bisa digunakan kodok atau ikan minnow (Hegner, 1946).

Bioekologi Ikan Pengisap (Sapu-Sapu)

Menurut Hegner (1946) hari-hari yang paling menyenangkan dalam kehidupan banyak anak kecil adalah pada awal musim semi ketika ikan sucker (ikan pengisap/sapu-sapu) naik ke anak sungai untuk bertelur. Pada waktu itu mereka dapat ditangkap dengan kait berumpan cacing tanah atau perangkap dengan jerat kawat. Ketika itu pula para nelayan yang serakah dapat merasa puas karena mudah menangkap ikan dalam jumlah cukup banyak. Ikan pengisap, dinamai demikian karena bibirnya tebal, berdaging dan dapat ditonjolkan serta digunakan untuk menghisap makanan dari dasar perairan. Ada sekitar 17 spesies ikan pengisap, beberapa hidup di Asia, sisanya di Amerika Utara. Mereka semua hidup di sungai dan danau. Common Sucker adalah salah satu jenis ikan pengisap yang paling umum dijumpai dan tersebar luas di Amerika Serikat. Panjangnya mencapai hampir 60 cm dengan berat 2,5 kg. Dagingnya enak tetapi sulit dimakan karena banyak sekali tulangnya. Setiap tahun sekitar 2,5 juta kg ikan ini ditangkap dan dipasarkan di Amerika Serikat. Anggota-anggota lain famili ikan pengisap adalah ikan stone roller, red horse, black sucker dan buffalo fish. Red horse mencapai berat 2,5 atau 3 kg dan merupakan ikan terbesar yang dapat ditangkap oleh anak kecil (Hegner, 1946).

Ikan Mas

Hegner (1946) menyatakan bahwa jika binatang dipindahkan dari satu negara ke negara lain, kadang-kadang ia mati di tempat baru tersebut. Namun ada pula yang tetap hidup, misalnya ikan mas. Daerah asalnya adalah Asia, dan sebuah keterangan tentang pemeliharaan ikan mas telah ditulis oleh orang Cina pada awal abad ketiga. Dari Asia, ikan mas dimasukkan ke Eropa dan pada tahun 1877 diperkenalkan ke Amerika Serikat oleh Biro Perikanan Amerika Serikat. Dengan segera hampir setiap danau dan sungai yang sesuai di negara tersebut dihuni oleh ikan mas. Hidupnya ulet, bahkan dapat hidup di sungai dan kolam yang berlumpur di mana ikan-ikan lain tidak dapat hidup.

Rata-rata badan ikan mas dewasa seberat 2,5 sampai 5 kilogram, tetapi ada yang bisa mencapai 15 kg atau lebih. Seekor ikan mas seberat 2 atau 2,5 kg sanggup bertelur sebanyak 400.000 sampai 500.000 butir. Ikan mas makan rumput dan seledri liar yang juga dimakan itik, sehingga ikan ini dituduh menurunkan populasi unggas tersebut. Ikan mas juga suka mengaduk-aduk lumpur dan membuat air menjadi keruh sehingga tidak sesuai bagi ikan lain. Dagingnya kasar dan tanpa aroma, namun dimanfaatkan secara luas sebagai makanan. Rata-rata lebih dari 12,5 juta kg daging ikan ini dikapalkan untuk dipasarkan dari Central State setiap tahun. Setiap tahun United States Bureau of Fisheries menebarkan jutaan benih ikan mas ke sungai-sungai dan kolam (Hegner, 1946).

Baca juga
Ikan Kowan (Ctenopharyngodon idellus) : Biologi dan Pengaruhnya Terhadap Ekologi Perairan

Bioekologi Ikan Lele dan Kerabat-Kerabatnya

Alat peraba yang panjang dan ramping, atau kumis, menjulur dari depan kepala ikan lele dan kerabat-kerabatnya, hal ini mengillhami nama catfish untuk famili ikan ini. Lebih dari seribu spesies ikan lele telah dikenal, di antaranya 30 spesies hidup di perairan tawar Amerika Serikat, meskipun tak satu pun yang terdapat di daerah sebelah barat Rocky Mountain sehingga mereka didatangkan ke sana. Beberapa spesies ikan lele yang besar adalah blue catfish, yang mencapai berat 75 kilogram, channel catfish dan mud catfish, atau yellow cat.

Ikan common bullhead atau horned pout adalah semacam ikan lele kerdil yang panjang maksimumnya hanya 18 inci. Kulitnya tak bersisik, mata kecil, sirip atas dekat ekor tak berjari-jari dan dikenal sebagai “adipose fin” (sirip lemak), yang mengandung lemak. Duri pertama pada sirip punggung dan sirip dada berupa sebuah duri tajam yang beracun dan bisa menyebabkan luka yang menyakitkan.

Ikan bullhead menyukai kolam dan sungai berarus tenang yang dasarnya berlumpur sebagai tempat hidup. Makanan dicari dengan bantuan sungut yang peka sementara ikan ini meluncur pelan-pelan sepanjang dasar perairan. Semua hewan yang berukuran kecil, yang masih hidup atau sudah mati, ditelan oleh mulutnya yang lebar tanpa memperdulikan sudah berapa lama mangsanya itu mati. Ikan bullhead bertampag jelek dan mengerikan, sehingga dilukiskan oleh Thoreau, seorang ahli zoologi seabagai ”seekor pengembara yang haus darah dan suka marah, dan senantiasa bersiap-siap menyerang tetangga terdekatnya”. Ikan ini merupakan binatang malam dan hidup di perairan kotor di mana ikan-ikan lainnya tidak dapat hidup di situ; sekali-kali ia muncul ke permukaan perairan untuk menelan udara agar masuk ke dalam gelembung renangnya yang besar.

Mahluk seram seperti ini rupanya juga menunjukkan kecemasan terhadap nasib anak-anaknya yang jumlahnya agak sedikit. Induk jantan merawat telur dan anak-anaknya, kadang-kadang memasukkan meeka ke dalam mulut, mungkin dengan maksud membersihkan mereka, meskipun tak seorang pun yang tahu berapa banyak anak yang tertelan. Seperti ikan mas, bullhead sangat ulet hidupnya dan mampu hidup di luar air untuk waktu yang lama asalkan insangnya selalu lembab. Mereka dapat ditangkap dengan hampir semua umpan, malah begitu rakus hingga menelan kait. Secara umum ikan lele merupakan bahan makanan yang disukai dan menjadi komoditi dagang yang penting (Hegner, 1946).

Baca juga
Perikanan dan Permasalahannya di Indonesia

Bioekologi Ikan Stickleback

Kebiasaan membangun sarang dan seringnya bertengkar menempatkan ikan stickleback sebagai ikan yang sangat menarik. Ikan brook stickleback mendiami anak-anak sungai yang dingin dan jernih di Amerika Serikat, dari sebelah barat New York sampai ke Kansas dan ke arah utara. Panjang badan ikan ini hanya 2,5 inci. Menjelang musim berkembang biak, ikan jantan membangun sebuah sarang yang ditempatkan di antara batang-batang tumbuhan air yang direkatkan dengan benang-benang seperti sutera mirip benang sarang laba-laba. Benang ini dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang hanya ada pada ikan jantan. Sarang memiliki dua lubang sehingga aliran air dapat memasukinya. Sesudah sarang disiapkan, ikan jantan mengajak ikan betina untuk masuk ke dalamnya. Ikan stickleback jantan kemudian menjaga sarang tersebut setelah telur diletakkan dan anak-anaknya menetas.

Brook stickleback tergolong ikan aktif dan serakah. Makannya berupa binatang lain yang berukuran kecil, terutama anak ikan lain. Rahangnya keras dengan gigi-gigi tajam. Pada punggungnya terdapat lima duri kuat dan runcing yang dapat ditegakkan bila ada bahaya serta dapat dibiarkan tetap berdiri dengan semacam kunci yang ada pada pangkal duri. Duri dan gigi tersebut, ditambah dengan kebiasaan bertengkar membuat ikan ini menjadi salah satu jago berkelahi terbaik di antara seluruh binatang air yang seukuran dengannya. Mereka akan menyerang ikan yang lebih besar dan mempreteli sirip-siripnya. Pada musim semi ikan-ikan stickleback jantan saling berkelahi satu sama lain, kadang-kadang sampai salah satu fihak mati terbunuh.

Fighting fish (ikan cupang) dari Siam (Thailand) mirip dengan stickleback dalam hal kemampuannya berkelahi. Mereka dipelihara untuk aduan dan diletakkan di dalam mangkuk gelas. Jika dua ekor ikan ini ditempatkan dalam satu wadah, mereka akan saling menyerang dengan duri dan gigi hingga salah satu di antaranya kalah (Hegner, 1946).

Bioekologi Ikan Whitefish

Whitefish terdapat di seluruh daerah Great Lake. Mulut ikan ini terdapat di sisi bawah tubuhnya. Krustasea, moluska dan binatang-binatang lain yang menjadi mangsanya dicarinya di dasar perairan. Selama musim dingin mereka menyukai perairan yang dalam, namun pada musim semi mereka berpindah ke bagian perairan yang dangkal untuk mencari larva serangga yang saat itu melimpah. Selanjutnya ikan ini bermigrasi ke perairan dangkal lagi pada musim gugur untuk bertelur. Telur-telur diletakan di atas sarang batu. Di antara telur tersebut banyak yang tertimbun lumpur atau dimangsa oleh mud puppy (sejenis salamander), ikan yellow perch dan udang crayfish sehingga sangat sedikit telur yang berhasil berkembang menjadi ikan dewasa. Oleh sebab itu pemerintah setiap tahun mengumpulkan, memelihara dan menebarkan jutaan benih ikan ini. Whitefish ditangkap di perairan dalam dengan jaring insang, yang menjerat ikan tepat di belakang tutup insang. Berat rata-rata ikan ini sekitar 2 kg, tetapi mungkin ada yang seberat 10 kg. Ikan penghuni Great Lake ini digemari oleh penduduk pedalaman sebagai makanan (Hegner, 1946).


REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda