Senin, 17 April 2017

Subsistem Perairan Pesisir : Estuaria

Arsip Cofa No. A 061
donasi dg belanja di Toko One

Definisi Estuaria

Subsistem perairan pesisir (coastal) dapat digolongkan menjadi tiga regim : estuaria, perairan dekat pantai (near shore) dan regim laut lepas (oceanic).

Menurut Mann (1982) bila dibandingkan unit-unit sistem yang berdasarkan fitoplankton, rumput laut atau lamun maka estuaria merupakan unit yang lebih tinggi karena ia umumnya mencakup beberapa di antara sistem tersebut, dan mencakup pula interaksi di antara mereka. Secara sederhana estuaria didefinisikan sebagai daerah di mana air sungai bercampur dengan air laut dan mengencerkannya. Pritchard, seorang pakar ekologi laut, berpendapat bahwa daerah pesisir yang luas seperti Laut Baltik dan bentangan luas air laut encer di lepas pantai terbuka seperti New York Bight adalah tidak termasuk ke dalam pengertian estuaria, sehingga Pritchard memberikan definisi estuaria yang diterima secara luas : “Estuaria adalah badan air pesisir semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut terbuka, di mana air laut cukup banyak diencerkan oleh air tawar yang berasal dari darat”. Definisi ini pada akhirnya sesuai dengan definisi sederhana di atas.

Istilah “estuaria” mempunyai arti yang beraneka ragam, tetapi, seperti yang digunakan di sini, estuaria diartikan sebagai perairan pesisir yang tertutup dan masih berhubungan bebas dengan laut serta kandungan garam di dalam airnya masih dapat diukur. “Dapat diukur” maksudnya memiliki salinitas lebih dari 0,5 ppt. Kita memilih definisi ini karena hanya mencakup badan air tertutup yang menerima masukan air tawar dalam jumlah cukup. Definisi ini meliputi semua perairan pesisir yang tertutup atau terlindung tetapi tidak mencakup laguna yang terpisah dari estuaria karena kecepatan pemasukan air tawarnya rendah. Namun bila diperlukan untuk keperluan pengelolaan (misal karena alirannya lambat) laguna dapat dianggap sebagai salah satu tipe estuaria. Oleh karena itu, definisi ini bersesuaian dengan definisi yang diberikan oleh E.P. Odum (yang dimodifikasi dari D.W. Pritchard) : “suatu badan air setengah tertutup yang terdapat di pesisir dan berhubungan bebas dengan laut; sehingga sangat dipengaruhi oleh aksi pasang-surut, dan di dalamnya air laut bercampur (biasanya sampai cukup encer) dengan air tawar dari darat”.

Baca juga Dampak Tambak Terhadap Kerusakan Hutan Bakau


Bila kita menggunakan istilah “tertutup” untuk menyatakan salah satu sifat estuaria, maka kita memakainya dalam pengertian relatif, mengingat bahwa derajat ketertutupan merupakan faktor penting yang dapat berubah-ubah. Dengan demikian definisi ini mencakup badan-badan air pesisir dari yang berupa teluk terbuka dengan mulut lebar sampai yang berupa kolam asin yang hampir tertutup dengan saluran penghubung ke laut yang sangat sempit.

Bila dipandang penting untuk membedakan estuaria dengan daerah terbuka untuk tujuan pengelolaan atau perencanaan, disarankan untuk menerapkan “aturan ibu jari” yang berdasarkan pada derajat ketertutupan : suatu badan air pesisir yang tertutup, atau estuaria, adalah suatu perairan yang memiliki panjang garis pantai melebihi tiga kali lebar outlet (saluran air keluar) yang menghubungkan perairan tersebut dengan laut.

Sistem estuaria mencakup basin air (atau basin-basin) dan daerah marjinal (daerah tepi) yang terdapat di sekitar pinggiran basin dan secara musiman terendam oleh air pasang atau hujan lebat. Basin air bisa berupa embayment (tempat di garis pantai yang membentuk teluk), selat, fyord, laguna, kolam asin, atau sungai pasang-surut. Daerah marginal meliputi dataran pasang-surut dan dataran lumpur, rawa bagian bawah (lower wetland), rawa asin pasang-surut dan mangrove, serta rawa bagian atas (upper wetland, yaitu rawa di bagian tanah yang tinggi yang terendam oleh air pasang purnama) terus ke belakang sampai ke batas banjir tahunan (garis banjir satu-tahun), yang merupakan awal dataran banjir.

Baca juga Program Pengelolaan Wilayah Pesisir


Tipe Basin Air Estuaria

Mann (1982) menjelaskan bahwa ciri khas estuaria adalah adanya density gradient (perbedaan kepadatan) antara air tawar dan air asin, yang menyebabkan timbulnya pola sirkulasi air yang sangat khas. Sirkulasi ini sangat dipengaruhi oleh bentuk basin estuaria. Dalam hal ini sangat berguna untuk mengenal empat tipe estuaria berdasarkan geomorfologi. Sekitar 20.000 tahun yang lalu atau lebih sejak Jaman Es muka air laut naik cukup tinggi terhadap daratan. Di tempat di mana air laut menggenangi lembah sungai yang ada pada waktu itu ditemukan estuaria dataran pesisir (coastal plain estuary), atau yang lebih tepat disebut “lembah sungai tenggelam”. Di tempat di mana lembah sungai mengalami glasiasi yang parah sehingga terbentuk lereng yang curam, dan endapan glasial tertimbun di mulut lembah, terbentuk estuaria yang disebut fjord, dan dicirikan oleh adanya bukit bawah-air yang menghalangi sirkulasi air di lapisan bawah. Di dataran rendah yang sangat datar, di mana pasir cenderung diendapkan di sekitar penghalang-penghalang yang terletak sejajar dengan pantai, ditemukan “estuaria yang dibentuk oleh penghalang” (bar-built estuary). Terakhir, ada sekelompok estuaria yang terbentuk akibat patahan atau lipatan kulit bumi. Ini dikenal sebagai estuaria tektonik.

Basin air pesisir memiliki keragaman bentuk dan ukuran yang hampir tidak terbatas, tetapi empat tipe yang dibahas berikut ini akan mencakup hampir semua macam basin tersebut. Badan air yang tertutup rapat biasanya mudah dibedakan, mudah dikenal, dan mudah dikelola; bagaimanapun, pembagian laut menjadi unit-unit terpisah dan dapat-ditangani mungkin sangat sulit. Bantuan dari ahli ekologi terlatih biasanya dibutuhkan dalam mengidentifikasi badan air dan dalam memberikan penjelasan terinci mengenai fungsi dan kerentanannya. Dalam hal pengelolaan, estuaria sangat menarik karena daya dukungnya yang tinggi dan kerentanannya – mereka digolongkan di sini sebagai daerah lingkungan kritis. Adapun keempat tipe basin utama tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Sungai pasang-surut (tidal river). Tidal river adalah bagian bawah sungai yang memasuki laut, seringkali melalui sebuah basin estuaria. Bagian pesisir sungai – yang sering menjadi sasaran pengelolaan – melebar sampai ke arah hulu di mana kadar garam dalam air masih cukup tinggi (salinitas 0,5 ppt). Daerah perbatasannya berupa front garam. Bagian berair tawar (salinitas kurang dari 0,5 ppt) biasanya tidak diperhatikan, apalagi bila pasang surut berpengaruh, atau ia dijadikan daerah pengelolaan sekunder. Tidal river mendapatkan air dengan cukup melalui aksi aliran air tawar dan pasang surut, tetapi kedua aksi ini bekerja berlawanan.

2. Teluk (bay). Badan air pesisir, semi tertutup, dengan ukuran lebih besar disebut teluk (untuk sederhananya, ke dalam pengertian in termasuk juga selat). Banyak badan air yang dengan salah disebut teluk sebenarnya adalah embayment atau laguna. Basin air semacam ini seharusnya digolongkan dalam sistem manajamen berdasarkan pada karakteristik alamnya, bukan berdasarkan pada sebutan sehari-hari. Teluk sangat terbuka terhadap laut, pengaruh arus pasang-surut kuat, pergantian air baik melalui aksi pertukaran pasang-surut, dan sirkulasinya sering diperkuat dengan adanya aliran pemasukan air tawar.

3. Embayment. Badan air pesisir terbatas dengan inlet (saluran pemasukan air) sangat sempit namun pemasukan airnya cukup besar disebut embayment. Mereka biasanya memiliki inlet (atau saluran penghubung embayment dan laut) lebih sempit daripada teluk dan umumnya lebih dangkal serta lebih kecil. Embayment biasanya mempunyai amplitudo (perbedaan tinggi rendah) pasang-surut yang relatif rendah, dan sirkulasi air lamban sehingga kecepatan pergantian air rendah, kecuali bila input air tawar besar. Dalam hal ini dan hal lainnya embayment terletak di antara teluk dan laguna.

4. Laguna. Badan air pesisir yang terbatas dengan inlet yang menghubungkannya dengan laut sangat sempit sementara pemasukan air tawar cukup besar disebut laguna. Pergerakan airnya lamban dan rentan terhadap polusi; dengan demikian pertumbuhan dan aktivitas penduduk di sekitar laguna banyak mengurangi daya dukungnya. Komunitas akuatik laguna mungkin sangat berbeda dengan komunitas akuatik basin air lainnya karena salinitasnya yang lebih tinggi dan relatif konstan, pH yang sedikit lebih tinggi dan lebih konstan, peranan sirkulasi yang kuat tapi berubah-ubah, akumulasi bahan organik di bagian dasar, dan faktor lainnya.

Ad (klik gambar untuk informasi lebih detil) :


Tipe Sirkulasi Estuaria

Ketiga tipe sirkulasi air estuaria utama dikendalikan oleh gabungan pasang-surut, angin atau struktur geologis. Baik intensitas tenaga pengadukan maupun kecepatan pergantian air basin menentukan produktivitas ekosistem estuaria. Ketiga tipe sirkulasi utama tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sirkulasi estuaria berlapis. Sistem sirkulasi berlapis merupakan ciri khas estuaria dengan pemasukan air tawar banyak. Sirkulasi estuaria berlapis paling sering dijumpai di teluk-teluk yang terbentuk akibat tenggelamnya lembah sungai serta di fyord dan basin-basin air lain yang dalam. Ia timbul karena air laut yang lebih berat mengalir di bawah air tawar yang lebih ringan dan kurang asin (fenomena ini disebut baji garam). Dalam situasi ini, yang umum bagi estuaria dalam dengan gerakan neto air tawar keluar tunggi, air dasar mengalami gerakan neto ke dalam, ke arah bagian atas estuaria. Ini dinyatakan sebagai aliran neto (net flow), di mana pengaruh osilasi (naik turun) pasang-surut diperkecil untuk mendeteksi gerakan maju sisa air aktual pada arah tertentu. Di bawah kondisi yang menguntungkan dua lapisan air bergerak dengan kecepatan cukup tinggi, dengan arah berlawanan, menyebabkan hampir seluruh air pada estuaria berlapis mengalami sirkulasi. Makin tinggi kecepatan masuknya air tawar makin tinggi pula kecepatan arus permukaan yang menuju ke arah luar estuaria (surface outflow) dan kecepatan arus dasar yang masuk ke estuaria (bottom inflow). Kekuatan arus mempengaruhi posisi salt front (batas antara air sungai dan air pesisir) dan dengan demikian menentukan pula lokasi pusat kelimpahan ikan dan mikroorganisme. Pola arus permukaan dan arus dasar yang berlawanan menghasilkan net transport organisme permukaan ke arah luar estuaria dan net transport organisme dasar (bentos) masuk ke dalam estuaria berlapis.

Baca juga Sifat Fisik Air Laut


2. Sirkulasi estuaria tak berlapis. Pada tipe estuaria tak berlapis, atau bercampur, gerakan air lebih lamban dan kecepatan pergantian air lebih rendah dibandingkan dengan tipe berlapis. Meskipun demikian sirkulasi airnya cukup baik hingga dapat memberikan daya dukung yang tinggi. Sirkulasi estuaria tak berlapis umum dijumpai pada embayment dangkal dan teluk yang kekurangan pasokan air tawar dari sungai. Kemampuan pergantian air estuaria bercampur ini tergantung pada kombinasi empat variabel : konfigurasi (morfologi) basin, amplitudo pasang surut, pemasukan air tawar dan kekuatan serta arah angin. Arus dua lapis tak lazim terjadi pada sistem tipe laguna atau estuaria dangkal di mana air begitu mudah dan terus menerus teraduk oleh angin dan pasang surut dari permukaan sampai ke dasar hingga ia tidak dapat mempertahankan dua lapisan air yang terpisah.

3. Sirkulasi lagunal. Sirkulasi lagunal memiliki ciri khas berupa gerakan air yang pelan sebagai akibat dari (1) rendahnya input air tawar ke dalam laguna, dan (2) lemahnya pertukaran pasang surut karena sempitnya inlet yang menghubungkan laguna dengan laut. Angin sering menjadi tenaga utama penggerak sirkulasi. Sirkulasi lagunal adalah khas untuk basin tipe lagunal yang tertutup rapat yang tenaga net outflow (dari input air tawar) terlalu kecil untuk memperbesar pengeluaran air. Pada sistem basin tipe laguna faktor utama pembatas produktivitas biologis adalah sirkulasi air. Estuaria (biasanya laguna) dengan sirkulasi lagunal sangat mudah terkena polusi.

Baca juga Dinamika Zat Hara di Estuaria


Regim Dekat Pantai dan Oseanik

Regim dekat pantai (near shore) mencakup semua perairan asin mulai batas estuaria ke arah laut ditambah bagian wilayah laut yang mengarah ke pantai (secara nominal ia berjarak tiga mil dari pantai). Istilah “inshore” (sekitar pantai) dan “perairan inshore” mempunyai arti yang bervariasi sehingga tidak digunakan di sini dalam pengertian khusus. Keduanya secara umum bisa mencakup estuaria dan sedikitnya mencakup bagian zona near shore.

Regim oseanik (laut lepas) meliputi semua perairan mulai batas wilayah laut sampai ke arah laut.

Pesisir terpapar (exposed coast) adalah front pantai laut (ocean shore front) yang dicirikan oleh adanya formasi batu padat atau deposit pasir berat. Besarnya kapasitas bukit pasir dan “beach berm” (tebing tinggi) dalam menahan pasir menyebabkan mereka menjadi penstabil utama pada front pantai laut berpasir. Gerakan air biasanya cepat, dan pencampuran, pengenceran serta penyebaran limbah berlangsung cepat sepanjang pesisir yang terpapar.

Pesisir terlindung terdapat di tempat-tempat tertentu sepanjang front pantai laut di mana dasarnya melandai dan penghalang pasir lepas pantai terdorong mendekati pantai oleh aksi gelombang, atau terumbu karang membentuk formasi penghalang pada bagian front pantai yang menghadap ke laut. Penghalang pasir atau karang ini menyediakan daerah terlindung di belakangnya di mana ekosistem terlindung ini dalam banyak hal merupakan ciri khas perairan estuaria – di sini tumbuh lamun, kerang hidup subur, dan dijumpai juga daerah asuhan untuk ikan-ikan kecil. Selain itu, ada pesisir “bernergi rendah” (seperti pada pantai Florida barat laut), di mana aksi gelombang sangat berkurang hingga, sekalipun tanpa penghalang lepas pantai, pesisirnya terlindung, air mengalir lebih lamban, dan terbentuk perairan semi estuaria.

REFERENSI :
ARTIKEL TERKAIT

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda