Kamis, 26 Januari 2017

Media Pertumbuhan, Kebutuhan Nutrisi dan Pengaruhnya Terhadap Reproduksi Jamur Air

donasi dg belanja di Toko One


Kebutuhan Belerang Pada Jamur Air
Sulfur anorganik, biasanya berupa sulfat, menyediakan sumber sulfur yang cukup bagi jamur Chytridiales, Monoblepharidales, Leptomitales dan Peronosporales. Cantino (1950, 1955) serta Cantino dan Turian (1959) menyatakan bahwa semua anggota jamur Blastocladiales dan Saprolegniales tidak dapat memanfaatkan sulfat sebagai sumber sulfur. Metionin menjadi sumber sulfur yang paling umum bagi dua ordo jamur Blastocladiales dan Saprolegniales. Sistein dan sulfur elemental terbukti merupaka sumber sulfur yang efektif bagi Aphanomyces, dan sejenis sumber sulfur tereduksi mampu menyokong pertumbuhan jamur Catenaria.

Kebutuhan Karbon Dioksida, Lemak dan Glukosa Pada Jamur Air
Penelitian menunjukkan bahwa jamur Aqualinderella fermentans membutuhkan dalam jumlah besar karbon dioksida dari atmosfer (5 sampai 20 %) agar dapat timbuh dengan baik. Juga pertumbuhan Blastocladia akan sangat baik bila konsentrasi karbon dioskda atmosferik tinggi. Dua contoh tadi adalah satu-satunya kasus di mana jamur air membutuhkan karbon dioskida untuk pertumbuhannya. Bagaimanapun, beberapa penelitian lain menujukkan bahwa Allomyces, Blastocladia dan Blastocladiela memfiksasi karbon dioksida. Kebutuhan karbon dioskdia pada Aqualinderella dapat diganti sebagian dengan asam organik, seperti suksinat. Aqualinderella juga membutuhkan lemak. Campuran lemak dalam minyak biji gandum dan ekstrak ragi biasanya ditambahkan ke media pertumbuhan, tetapi dapat diganti dengan kolesterol dan asam oleik. Terakhir, kebutuhan N-asetil glukosamin bagi pertumbuhan Karlingia asterocysta Karling, sejenis jamur yang sangat membutuhkan kitin, pada media glukosa telah diamati. Glukosa ditambah N-asetil glukosamin atau kitin tampaknya merupakan satu-satunya substrat yang cocok bagi pertumbuhan jamur ini.

Ads (klik gambar untuk informasi lebih detil) :
CL505 Kacamata Anti Radiasi Komputer Antiradiasi laptop Monitor TV Kaca mata lelah


Kebutuhan Oksigen Pada Jamur Air
Umumnya jamur sangat membutuhkan kondisi aerobik, tetapi banyak jamur dari kelas Chytridiomycetes dan Oomycetes yang dapat menferrmentasi gula menjadi asam laktat dan sitoplasmanya mengandung enzim laktase dehidrogenase yang sangat aktif. D(-)laktase dehidrogenase juga aktif dalam sitoplasma jamur Allomyces, Blastocladia, Blastocladiella, Achlya, Apodachlya, Aphanomyces, Araiospora, Aqualinderella, Pythium, Phytophtora, Rhipidium, Saprolegnia, Sapromyces dan Thraustotheca. Organ penghasil energi melalui fermentasi asam laktat dalam kondisi tidak ada oksigen dengan demikian dimiliki oleh beberapa anggota jamur Chytridiomycetes dan Oomycetes. Karena jamur-jamur ini mungkin bisa mensintesis ATP dalam kondisi anaerob, dapat diharapkan bahwa jamur-jamur tersebut dapat tumbuh pada kondisi ini; namun hanya ada dua jamur air yang dapat tumbuh subur dalam kondisi anaerob yaitu Blastocladia ramosa Thaxter dan Aqualinderella fermentans.
Sapromyces elongatus (Cornu) Coker dan Mindeniella spinospora Kanouse tumbuh lambat dalam kondisi anaerob. Jamur Chytridiomycetes dan Oomycetes lainnya bervariasi dalam hal kebutuhan oksigen mulai dari aerobik obligatif sampai fermentatif fakultatif pada konsentrasi oksigen yang sangat rendah. Penjelasan yang masuk akal untuk fenomena ini adalah sebagai berikut, tetapi penjelasan ini masih perlu dibuktikan. Meskipun banyak jamur air dapat memenuhi kebutuhan energinya melalui fermentasi asam laktat, oksigen tetap dibutuhkan untuk mensintesis berbagai senyawa sel, seperti steroid dan asam lemak tak jenuh. Biasanya membran plasma bersifat impermeable terhadap senyawa-senyawa sel ini sehingga mereka tidak dapat diserap oleh sel dari medium pertumbuhan pada kondisi anaerobik. Membran plasma pada Aqualinderella fermentans dan Blastocladiella ramosa menjadi lebih permeable selama berevolusi agar dapat beradaptasi terhadap lingkungan anaerobik.

Media Pertumbuhan dan Kebutuhan Nutrisi Jamur Air
Tujuan utama sebagian besar studi nutrisi jamur adalah mengembangkan media sintetis agar jamur dapat tumbuh optimal di mana media tersebut relatif mudah disiapkan. Bagaimanapun, beberapa penelitian penting telah dilakukan dengan media campuran. Di alam, jamur tumbuh dalam media campuran dari berbagai jenis substrat, jadi bukan satu jenis substrat saja sebagai sumber karbon dan energinya. Pertumbuhan Phytophthora pada media minyak sayur dan jenis-jenis lemak lainnya telah diamati. Leptomitus dan Saprolegnia tumbuh subur pada media campuran asam amino. Pengaruh satu komponen campuran terhadap pemanfaatan komponen lainnya telah diamati oleh beberapa peneliti. Pada Allomyces, penambahan sedikit glukosa ke dalam medium pertumbuhan merangsang jamur untuk memanfaatkan fruktosa dan manosa dengan mempercepat fase-lambat (lag phase). Telah dibuktikan bahwa asam amino asparagin, arginin, sitrulin, ornitin, asam glutamat dan prolin juga merangsang pemanfaatan manosa oleh Allomyces. Telah dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan Aphanomyces pada media campuran glukosa, manosa dan galaktosa. Jamur ini tumbuh baik pada media glukosa sebagai sumber karbon dan tumbuh jelek pada media manosa maupun galaktosa. Laju pertumbuhan jamur pada media campuran manosa dan galaktosa, manosa dan glukosa, serta galaktosa dan glukosa kira-kira sama dengan laju pertumbuhan pada media glukosa saja di mana jumlah total gula pada setiap media sama. Pada jamur Apodachlya sejumlah kecil metionin dapat menghambat pertumbuhan jamur pada media yang mengandung asam glutamat sebagai sumber karbon. Campuran leusin dan glukosa memungkinkan jamur tumbuh lebih baik dibandingkan bila jamur ditumbuhkan pada media leusin saja atau glukosa saja khususnya pada jamur Leptomitus.

Pengaruh Karbon, Nitrogen dan Sulfur Terhadap Reproduksi Jamur
Sebagian besar studi nutrisi jamur difokuskan pada pertumbuhan sel-sel vegetatif. Bagaimanapun, telah ditunjukkan bahwa beberapa jenis substrat yang mendorong pertumbuhan vegetatif ternyata menghambat reproduksi seksual pada jamur Achlya. Penelitian telah dilakukan untuk mengamati kemampuan berbagai jenis sumber karbon dan nitrogen dalam mendukung pertumbuhan vegetatif maupun repdroduksi seksual pada jamur Pythium, dan memperoleh hasil bahwa ada substrat-subtsrat yang dapat menghambat reproduksi seksual. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya variasi rasio karbon dan nitrogen yang dibutuhkan jamur. Lebih lanjut, beberapa peneliti mengamati hubungan antara rasio karbon-nitrogen dalam medium dengan reproduksi seksual pada jamur Phytophthora. Pengaruh perbedaan sumber sulfur dan nitrogen terhadap pembentukan oogonia telah diamati oleh beberapa peneliti pada Aphanomyces euteiches Dreschler.

Referensi :
Artikel Terkait

loading...

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda